wahyu bhekti prasojo
Tentu sebagian besar kita mengenal terasi. Terasi atau belacan adalah bumbu
masak yang dibuat dari ikan atau udang rebon yang difermentasikan, berbentuk
seperti adonan atau pasta dan berwarna hitam-cokelat, kadang ditambah dengan
bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Terasi merupakan bumbu masak yang
penting di kawasan Asia Tenggara. Hampir tidak ada resep masakan di daerah ini
yang tanpa terasi. Tapi dari manakah nama terasi itu berasal? Mengapa ia
dinamai terasi? Siapa yang memberinya nama?
Raden Walangsungsang Babakyasa
Syahdan Putra Raja Pajajaran Raden Walangsungsang yang telah Islam, diberi
izin oleh gurunya, Syaikh Nurjati untuk babakyasa (memulai membangun
padukuhan atau pemukiman sendiri).[1]
Maka Raden Walangsungsang bersama istrinya Indangayu dan adik perempuannya,
Rara Santang memulai perjalanan mereka menyusuri pesisir pantai ke arah
selatan, kemudian berbelok ke barat, hingga bertemulah dengan sebuah dukuh
kecil bernama Lemahwungkuk.
Kedatangan mereka bertiga disambut hangat oleh Ki Gedeng Alang-alang
pemimpin dukuh tersebut. Karena tidak memiliki anak juga kawan di tempat yang
sepi itu, bahkan mereka bertiga diangkat sebagai anaknya.
Ki Gedeng Alang-alang mengizinkan Raden Walangsungsang membabat hutan untuk
membuka lahan pertanian. Maka mulailah Raden Walangsungsang membuka lahan
pertanian, untuk ditanami palawija. Perkebunan itu menghasilkan tanaman yang
baik dan melimpah panennya. Lama lama banyak orang datang dan ikut bertani di
lokasi itu.
Tumbukan / Gilingan Udang Rebon
Ki gedeng menganjurkan Raden Walangsungsang untuk melaut, di sela-sela
kegiatannya membuka lahan padukuhan dan berladang. Di laut banyak terdapat ikan-ikan
kecil dan rebon, sejenis udang yang berukuran kecil. Maka pada pagi hari
Raden Walangsungsang membabat hutan, sedang malamnya menjala rebon. Usaha Raden
Walangsungsang itu berhasil dengan baik. Udang rebon banyak sekali didapatnya.
Ki Gedeng Alang-alang kemudian mengajarkan cara pengolahan rebon tersebut
agar awet dan dapat dijual dengan mudah. Yaitu dengan cara menumbuk rebon sampai halus.
Ternyata banyak orang menyukainya. Bahkan berebut untuk membelinya. Begitu juga
hasil panen palawijanya, menjadi rebutan orang-orang sampai ke Palimanan dan
Rajagaluh. Dukuh lemahwungkuk pun berkembang menjadi ramai. Semakin banyak
orang datang untuk menetap di tempat itu. Ki Gedeng, sangat bergembira. Begitu
juga keluarga Raden Walangsungsang karena memiliki tetangga yang banyak.
Pajak Gilingan Udang Rebon
Lama-lama, Lemahwungkuk terkenal semakin luas. Semakin terkenal juga karena
produk bubukan rebonnya. Sehingga menarik perhatian Raja di Rajagaluh. Prabu Rajagaluh
memerintahkan agar dukuh Lemahwungkuk sebagai wilayah bawahannya, didata jumlah
penduduknya dan menetapkan pajak tahunan setiap petani rebon. Prabu Rajagaluh
memberi perintah kepada Dipati Palimanan untuk memungut pajak. “Banyak orang
yang berkebun dan ada yang menangkap ikan dan rebon, aku lebih terasih[2]
kepada tumbukan ikan rebon. Agar diperiksa sampai terang dan ditetapkan
pajak bagi nelayan rebon itu dalam setahun sepikul bubukan rebon yang sudah
halus gelondongan. Dan dihitung berapa cacah jiwa yang bermukim di pantai.”
Dipati Palimanan lalu memerintahkan petugas pajaknya yang disebut Ponggawa
Pepitu. “Wahai Ponggawa Pepitu, sekarang periksalah dedukuh baru di pinggir
pantai. Ada berapa cacah jiwanya dan nelayan penangkap ikan rebon seyogyanya
diberi ketetapan pajak tiap tahun sepikul bubukan rebon yang sudah halus
gelondongan. Harap diperiksa sampai terang, karena Sang Prabu terasih sekali
kepada bubukan rebon yang sudah gelondongan.
Itulah asal muasal nama terasi bagi tumbukan / gilingan udang rebon yang
halus berbentuk gelondongan. Yaitu dari perkataan Prabu Rajagaluh yang sangat terasih[3]
kepadanya. Wallahu a’lam bishshawwab.
Daftar Pustaka
Sulendraningrat, P.S., Babad Tanah Sunda Babad Cirebon,
tt,tp.
[1]
Peristiwa ini terjadi
pada 1367 Saka / 1445 Masehi. Lihat P.S. Sulendraningrat, Babad Tanah
Sunda Babad Cirebon, tt,tp, hlm. 12.
[2] P.S. Sulendraningrat, ibid, hlm. 13
[3] Penulis yang bukan Urang Sunda, tidak tahu arti kata terasih
ini. Mohon dimaafkan. Barangkali di antara pembaca yang budiman ada yang
mengetahui artinya.
