Hari Raya Nabi Isa alayhissalam - Saungpikir

Monday, May 29, 2023

Hari Raya Nabi Isa alayhissalam

 


wahyu bhekti prasojo

Syahdan, Nabi Isa bin Maria, jika bepergian selalu diikuti orang banyak. Jumlah mereka bisa lebih dari 5000 orang. Sebagian mereka adalah pengikut dan sahabat setianya yang sedikit, Al Hawariyun. Sebagian lain adalah orang-orang yang memohon didoakan agar sembuh dari penyakit yang menimpa mereka --ketika pada waktu mereka terjangkit penyakit menahun, cacat, lepra atau kebutaan. Sebagian yang lain adalah orang-orang yang ingin melihat dan mengejeknya.

Dalam suatu perjalanan, Nabi Isa bersama orang-orang yang mengikutinya terjebak di padang pasir. Akibatnya perbekalan mereka mulai menipis. Bahkan sebagian sudah kehabisan perbekalan. Orang-orang pun mulai resah karena keadaan itu. Mereka kemudian mendatangi para hawariyyun dan berkata, "Katakanlah kepada Isa agar berdo’a supaya Tuhannya menurunkan hidangan dari langit untuk kami."

Syam'un, pemimpin kaum Hawariyun, kemudian menemui Nabi Isa  mengabarkan bahwa orang-orang mulai resah karena kehabisan bekal dan mulai kelaparan. Meskipun ia juga dalam keadaan hati yang gundah. Ia sadar bahwa orang-orang Bani Israel sering sekali meminta macam-macam kepada Nabi Isa. Tetapi setelah Allah mengabulkan permintaan mereka melalui doa NabiNya, mereka malah mengingkari untuk mensyukuri nikmat itu. Bahkan mereka terus saja membangkang kepada Allah dan NabiNya. Dengan berat hati ia berkata; “Duhai Tuanku, Isa Putera Maria, maafkan kelancangan saya. Tetapi orang-orang bertanya, sanggupkah anda meminta kepada Allah agar menurunkan hidangan dari langit?”

Dengan arif dan lemah lembut, Nabi Isa menjawab, “Katakan pada mereka supaya mereka bertaqwa kepada Allah jika mereka benar-benar beriman.”

Syam’un lalu menemui orang-orang dan menyampaikan jawaban Nabi Isa. Tapi orang-orang itu mendesak, “Kami butuh makanan saat ini, dengan demikian akan menenangkan orang-orang yang gelisah karena kelaparan. Lagi pula bukankah ia ruh Tuhan, buktikan bahwa ia tidak berdusta.”

Setelah Syam’un menyampaikan tuntutan orang-orang, Isa lalu keluar dari tendanya dan berkata kepada orang-orang yang mengikuti perjalanannya, “Wahai kaum, jadilah diri kalian sebagai orang yang merasa selalu diawasi dan takutlah kepada-Nya jika Dia menurunkan hukuman lantaran ucapan kalian. Karena Allah SWT tidak lemah untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Keraguan yang ada dalam diri kalian terhadap kekuasaan Allah untuk menurunkan hidangan dari langit, merupakan kekufuran. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah, supaya Dia tidak menurunkan siksa kepada kalian!”

Mendengar kata-kata Nabi Isa yang keras, --isi dan nadanya—orang-orang terdiam. Nabi melanjutkan, "Aku telah berdo’a kepada Allah. Dan Allah memerintahkan kepada kalian untuk berpuasa. Sanggupkah kalian berpuasa tiga puluh hari? [1] Sehingga jika kalian meminta niscaya Allah akan memberikan apa yang kalian pinta karena balasan bagi seorang pekerja adalah sesuatu yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.”

Orang-orang pun setuju untuk berpuasa, melakukan perintah Allah.

Setelah 30 hari berpuasa orang-orang berkumpul di depan tenda Nabi Isa, bermaksud menagih janjinya. Mereka berkata, "Wahai pengajar kebaikan, engkau berkata kepada kami bahwa balasan bagi seorang pekerja adalah sesuatu yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya dan engkau memerintahkan kami untuk berpuasa selama tiga puluh hari, lalu kami pun menunaikannya. Padahal biasanya kami tidak bekerja untuk seseorang dalam waktu tiga puluh hari, kecuali mereka akan memberikan makan seusai pekerjaan. Maka sesungguhnya kami telah berpuasa dan berlapar-lapar. Apakah ketaatan kepada Tuhanmu dapat mendatangkan apa yang engkau minta kepadaNya. Akankah Rabbmu menurunkan hidangan dari langit untuk kami? "

Isa putra Maryam, lelaki penyayang yang lembut hati, berdiri dan menangggalkan pakaiannya yang terbuat dari bulu domba, lalu mengenakan pakaian yang terbuat dari kain kasar. Pakaian tersebut adalah jubah yang terbuat dari kain kasar berwama hitam dan selimut yang juga berwarna hitam. Ia berdiri merapatkan kaki dengan kaki, tumit dengan tumit, ibu jari dengan ibu jari, dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, seraya menundukkan kepala, khusyu' kepada Allah. Kedua matanya basah menangis, hingga air matanya membasahi jenggotnya kemudian menetes ke dadanya. Lirih suaranya memohon,

اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

"Duhai Allah, Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama".

Allah pun mengabulkan do’a Nabi Isa. Dia menurunkan berbagai macam jenis makanan dari langit. Dari jenis daging, ikan, sayuran dan buah-buahan.

Melihat keajaiban itu, orang-orang terkejut. Sepertinya mereka memang ragu dengan permintaan mereka sendiri. Sampai-sampai mereka tidak berani mendekati makanan itu dan memakannya.

Isa bin Maryam mengajak, “Siapakah di antara kalian yang paling gemar beribadah kepada Allah, yang paling berani membela agamaNya dan paling percaya kepadaNya. Marilah membuka hidangan ini, agar kita dapat menyantapnya. Kita harus menyebut nama Allah dan memujiNya atas hidangan ini.”

Sebagian orang yang ragu melihatnya jumlahnya yang sedikit. “Apakah makanan itu akan cukup buat semua orang yang hadir?” pikir mereka.

Nabi menjawab, "Memang sedikit, tetapi Allah melimpahkan keberkahan kepada kalian. Satu kaum makan, lantas keluar, datang lagi yang lain makan, kemudian keluar, hingga kalian semua makan dan menyisakannya.”

Para Hawariyyun berkata sambil menunduk menghormati Nabi Isa, “Duhai Ruh Allah, Padukalah yang paling berhak lebih dahulu untuk melakukan itu.”

Nabi Isa --semoga keselamatan baginya-- kemudian berdiri dan berwudhu dengan wudhu yang sempurna. Setelah itu dia menunaikan shalat dengan shalat yang baru dan memanjatkan doa yang panjang.[2] Kemudian duduk di dekat meja makan dan membukanya.

Ia lalu memanggil orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang sedang sakit, orang-orang yang cacat, para penderita kusta, orang-orang jompo, dan orang-orang buta.

Isa berkata (kepada mereka), “Makanlah karunia Tuhan kalian dan permohonan nabi kalian dan bersyukurlah kalian kepada Allah atas nikmat ini. Ketenangan akan meliputi kalian. Hari ini adalah hari ‘ied, hari raya bagi kalian.”

Maka orang-orang pun berdesak-desakan untuk menyantapnya. Tidak ada yang kecil, besar maupun orang dewasa. Tidak ada anak muda maupun orangtua. Tidak ada orang kaya maupun orang miskin, kecuali mereka semua datang untuk ikut makan bersama.

Mereka kemudian menyantap makanan itu hingga mereka --yang berjumlah tujuh ribu orang-- mengeluarkan suara sendawa karena kenyang. Selanjutnya, keberkahan meliputi mereka semua. Sembuhlah setiap orang sakit yang memakan hidangan itu. Yang buta dapat melihat kembali. Yang tua menjadi muda lagi. Bahkan kayalah setiap orang miskin yang menyantap makanan tersebut sampai akhir hayatnya.



[1] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Syamsuddin Al Qurthuby, Al Jami’ Al Ahkam Al Quran, Dar al Kutub al Mishriyah, Kairo, 1964, Juz VI, hlm.369.

[2] Ibid, Juz VI, hlm.370

Comments


EmoticonEmoticon