Kisah Ashab al Kahfi, Tujuh Orang Tidur dari Ephesus - Saungpikir

Friday, January 19, 2024

Kisah Ashab al Kahfi, Tujuh Orang Tidur dari Ephesus

 



sumber ganbar : https://katadata.co.id/agung/lifestyle/642150153b239/
mengenal-kisah-dan-keteladanan-ashabul-kahfi


Oleh Wahyu Bhekti Prasojo

Al Quran mengandung kisah-kisah yang penuh hikmah. Di antaranya mengenai Para Penghuni Gua (Ashabul Kahfi). Walaupun firman Allah SWT itu tidak mencantumkan detail-detail mengenai siapa nama mereka, di mana lokasi dan kapan peristiwa yang dimaksud. Meskipun menggunakan beberapa kitab Tafsir Al Quran sebagai sumber, tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai penfsiran terhadap Kitab Suci Al Quran. Tulisan dimaksudkan untuk menjelaskan rincian kisah tersebut dalam perspektif sejarah. Yaitu untuk menjawab pertanyaan pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa / peristiwa apa) yang terjadi? When (kapan) terjadinya? Where (dimana) terjadinya? Who (siapa) yang terlibat dalam peristiwa itu? Why (mengapa) peristiwa itu terjadi? How (bagaimana) proses terjadinya peristiwa itu?[1]

Ringkasan Kisah Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi merupakan kisah tentang sekelompok pemuda yang menghindari kezaliman penguasa demi mempertahankan aqidah mereka dan keleluasaan beribadah kepada Allah Swt. Kisah tersebut dikisahkan cukup panjang dalam Al-Qur’an surah ke-18, ayat ke 9 sampai ayat ke 25.

Secara singkat kisahnya sebagai berikut; Suatu ketika ada sekelompok anak muda yang beriman kepada Allah SWT. Ketika itu mereka hidup di tengah masyarakat penyembah berhala. Raja mengetahui kelompok pemuda yang menolak bahkan menentang penyembahan berhala. Sang raja marah lalu memerintahkan untuk menangkap mereka.

Para pemuda itu kemudian meninggalkan kota dan memohon perlindungan Allah SWT. Mereka lari ke bukit sampai ke sebuah gua dan bersembnyi di sana. Setelah bekal mereka habis, atas izin Allah, mereka tertidur selama 309 tahun di dalam gua.

Ketika mereka bangun, pemerintahan sudah berganti. Saat itu masyarakat dan raja yang berkuasa beriman kepada Allah. Keberadaan mereka diketahui oleh masyarakat karena mata uang yang mereka gunakan untuk membeli makanan ternyata sudah tidak berlaku sejak masa yang sangat lama.

Kapan Peristiwa ini Terjadi?

Al Quran menyebutkan bahwa para pemuda itu tidur selama 300 tahun ditambah 9 tahun. [2] Rata-rata jumlah hari dalam hitungan tahun Masehi jika dibulatkan adalah 365 hari. Jika dikalikan 300 sama dengan 109.500 hari. Sedangkan pembulatan jumlah hari dalan perhitungan tahun Hijriah adalah 354 hari. Jika dikalikan 300 sama dengan 106.200 hari. Selisih hari di antara dua perhitungan tersebut sekitar 3.300 hari. Jadi ada selisih sekitar 9 tahun antara perhitungan kalender Masehi dan Hijriyah. Sehingga dapat diketahui bahwa 300 tahun surya sama dengan 309 tahun bulan.

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah penelitian yang dilakukan seorang pendeta asal Syria bernama James dari Saruc (wafat 521 M).[3] Ahli sejarah terkemuka, Gibbon, telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan Runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, kaisar yang memerintah dan berusaha melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang tidak mau menyembah berhala adalah Kaisar Decius. yang berkuasa pada 249-251 M.[4] Kemudian para pemuda itu dibangkitkan Allah pada masa kepemimpinan Theodosius II (408 – 450 M) [5] dari Byzantium (Romawi Timur). Ketika itu, seorang Tuan tanah yang kaya bernama Adolios hendak membuat kandang ternak membuka gua yang telah tertutup itu, sehingga membangunkan para pemuda itu.

Jika demikian, maka selisih waktu antara Decius dan Theodosius tidak sampai 309 yang disebutkan Al Quran, tetapi hanya sekitar 200 tahun. Oleh karena itu perlu menghitung mundur dari masa Theodosius ke belakang. Maka sampailah hitungan itu di masa pemerintahan Kaisar Aelanus Hadrianus (117-138 M) atau Kaisar Antoninus Pius yang berkuasa pada 138 – 161 M.

Hadrian tercatat melakukan perjalanan untuk menginspeksi wilayah-wilayah timur kekuasaannya pada April 129 M dan tidak kembali ke Istananya di Tiber sampai tahun 134 M.[6] Pada masa-masa inilah kemungkinan Ia mengintimidasi orang-orang kristen di Ephesus, meskipun upaya pengejaran dan penangkapannya dapat saja dilakukan selanjutnya di bawah supervisi wakil Kaisar[7] di wilayah itu. Tidak mustahil pada prakteknya, entah karena ambisi atau dendam pribadi dapat berlangsung lebih keras dan kejam dari pada perintah kaisar.

Sementara Antoninus Pius nampaknya tidak cocok untuk digambarkan sebagai sosok kaisar yang kejam dan penindas. Ia adalah seorang administrator yang efektif, meninggalkan surplus besar dalam perbendaharaan untuk penerusnya. Program pemerintahannya cukup populis seperti; memperluas akses gratis ke air minum di seluruh wilayah Kekaisaran, mendorong kesesuaian dan penegakan hukum, dan memfasilitasi pemberian hak budak yang dibebaskan.[8]

Sedangkan Decius nampaknya dikaitkan dengan cerita ini karena kekejamannya yang terkenal dalam mengintimidasi orang-orang yang menolak mengikuti agamanya. Tetapi ia bukanlah Kaisar yang dimaksud. Karena dalam masa pemerintahannya yang sekitar 2 tahun, lebih banyak dihabiskannya untuk berperang. Sehingga ia kemungkinan besar tidak sempat menginspeksi wilayahnya di timur.[9]

Kondisi Masyarakat di Masa Ashabul Kahfi 

Di masa awal pertumbuhan kristen Ephesus adalah kota berhala. Praktek penyembahan berhala tumbuh beriringan dengan pemenuhan nafsu syahwat materialisme. Tradisi cultus kepada Dewi Artemis menyuburkan gaya hidup penuh kemewahan sambil melecehkan ketinggian moral dan nilai-nilai kebajikan.[10]

Pemerintah saat itu sangat keras dan tidak mentolerir upaya-upaya mengajak manusia kepada iman yang bersih dan ibadah yang benar. Menstigma mereka sebagai musyrik dan tidak beriman. Menghukum mereka dan mencabut status dan hak-hak kewarganegraan mereka, karena berusaha memisahkan diri dari kebudayaan masyarkat dan jaran-ajaran para pendahulu mereka.[11] Orang-orang beriman menyembunyikan iman mereka karena takut dibunuh.[12]

Kondisi ini berlangsung cukup lama. Bahkan sampai beberapa ratus tahun. Pengejaran dan intimidasi kepada orang-orang kristen di masa awal pertumbuhannya itu telah dimulai sejak Kaisar Nero pada tahun 64 dan diteruskan oleh kaisar-kaisar Trajan, Hadrian dan Markus Aurelius. [13] Meskipun diyakini bahwa pengejaran dan intimidasi itu juga pasang surut mengikuti kebijakan kaisar-kaisar yang berganti-ganti. Dalam situasi seperti itulah sekelompok pemuda beriman menyingkir dari kota dan bersembunyi di goa.

Profile Para Pemuda Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi adalah sekelompok anak muda yang berasal dari kalangan bangsawan Romawi. Mereka beriman kepada Nabi Isa bin Maryam dan mengikuti agamanya,[14] secara sembunyi-sembunyi.  Meskipun demikian, karena posisi mereka sebagai bangsawan, kondisi mereka masih agak lebih baik dari masyarakat kebanyakan, yang lebih sering diintimidasi oleh pemerintah.

Al Quran tidak menyebutkan jumlah mereka pun nama-nama mereka. Tetapi sumber-sumber kristen percaya bahwa mereka punya catatan tentang nama-nama para pemuda tersebut. Karena setelah ditutupnya pintu goa, seorang kristen yang selamat dari pengejaran, datang lalu menulis nama-nama para martir itu dan kisah mereka.[15] Dari kalangan Islam, Ibnu Abbas –seorang Sahabat Nabi Muhammad-, juga mengkonfirmasi bahwa nama-nama dan kisah para pemuda itu tertulis pada sebuah lempengan yang terbuat dari timah.[16] Ali Nadawi menyebutkan bahwa yang menulis pada lempengan itu adalah Theodore dan Rufinus, mereka meletakkannya di bawah batu-batu yang menutupi pintu goa.[17]

Karena perbedaan sumber dan bahasa, nama-nama mereka jadi sangat berfariasi. Dalam versi Kristen, Symeon Metaphastes menyebutkan nama-nama mereka adalah Maximilian, Jamblichos, Martin, John, Dionysios, Exakostodianos, dan Antoninos. Sementar Gregory of Tours menyebutkan nama-nama sebagai berikut; Achillides, Diomedes, Diogenus, Probatus, Stephanus, Sambatus, and Quiriacus.[18] Dalam versi Islam, menurut Ibnu Abbas yang dikutip Thabary, jumlah mereka delapan orang. Yaitu Muhsimilnina, Yamlikha, Marthus, Kasythusy, Byranus, Dinamus, Bathunus dan Qalush[19]. Dalam Roman Martyrology,[20] mereka dihormati sebagai orang suci (santo) Maximianus, Malchus, Martinianus, Dionysius, Joannes, Serapion, dan Constantinus.[21]

Karakter dan sifat mereka digambarkan oleh Ibnu Abbas sebagai pemuda-pemuda sholeh yang gemar bersedekah, ahli ibadah yang khusyuk. Siang dan malam, berdzikir, menyembah dan menangis kepada Allah, serta berdoa kepada-Nya agar Dia mengokohkan agama mereka. Mereka sangat berharap agar Allah menolong hamba-hambaNya dan mengubah kondisi masyarakatnya yang menjalankan agama mereka secara sembunyi-sembunyi agar dapat menjalankannya secara terang-terangan. [22]

Letak Goa Tempat Ashabul Kahfi Bersembunyi

Al Maraghy menyebutkan bahwa para ahli berbeda pendapat mengenai lokasi gua tersebut. Ada yang mengatakan bahwa goa itu terletak dekat dengan Iliya (Yerusalem) di Syam (Palestina?). Ibnu Ishaq berkata goa itu ada di dekat Niniwe di tanah Mosul. Ada juga yang berpendapat bahwa goa itu berada di wilayah Romawi.[23]

Kaum Nasrani percaya bahwa peristiwa ini terjadi di Ephesus.[24] Ephesus adalah suatu kota tua di Turki, sekitar 73 km dari kota Izmir dan berada di suatu gunung di desa Ayasuluk. Gua ini populer sebagai Gua Ashhab al-Kahf di kalangan umat Nasrani dan sebagian umat Islam. Tetapi tidak ada bekas masjid atau rumah peribadatan sekitarnya dan arah menghadapnya pun tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh al-Qur’an.[25]

Pada tahun 1962 M, seorang arkeolog Yordania, bernama Rafiq Wafa Al-Dajani melakukan mengumumkan hasil penelitiannya tentang ini. Ia mengungkapkan bahwa ia menemukan gua yang digunakan sebagai tempat persembunyian para ashabulkahfi itu, ketika mereka melarikan diri ke daerah Al-Rajib di Yordania.[26] Gua itu berada di suatu bukit, di mana ditemukan satu batu besar yang berlubang pada puncak selatan bukit itu. Pinggirnya di bagian timur dan barat terbuka sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam gua.[27] Ciri-ciri gua dan peninggalan-peninggalan arkeologis yang ditemukan di sana, mengantar kepada keyakinan bahwa gua itulah Gua Ashhab al-Kahf yang disebut dalam al-Q ur’an.[28]



[1] Abuddin Nata, 2009, Metodologi Studi Islam, Rajawali Press, Jakarta, hlm.362.

[2] وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا (Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). Al Kahfi ayat 25.

[3] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[4] Abu al Hasan Ali Nadwi, 1989, Pergulatan Iman dan Materialisme, Penerbit Mizan, Bandung, hlm..41.

[5] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[6] Abu al Hasan Ali Nadwi, op.cit, hlm.47.

[7] Disebut Magistraat, seorang pejabat sipil yang berkuasa, memerintah dan menerapkan hukum.

[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Antoninus_Pius, waktu akses: 4 Januari 2024, 3:06 PM

[9] An Nadawi, op.cit, hlm.45.

[10] An Nadawi, ibid, hlm.62.

[11] An Nadawi, ibid, hlm.63.

[12] Ibu Jarir ath Thabary, 2000, Jami’ al Bayan fii Ta’wil al Quran, Muasasah Risalah, Juz XVII, hlm.605.

[13] An Nadawi, op,cit, hlm.49.

[14] Thabary, op.cit , Jilid XVII, hlm. 605.

[15] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[16] Abdullah Ibnu Abbas, tt, Tanwir al Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas, dikumpulkan oleh, Majiduddin Abu Thahir Muhammad bin Ya’kub al Fayruzzabady, Dar al Kutub al Ilmiyah Libanon, hlm,244.

[17] An Nadwi, op.cit, hlm. 37.

[18] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[19] مَكْسِلمينا، وكان أكبرهم، وهو الذي كلم الملك عنهم، ومُحْسيميلنينا، وَيمليخا، ومَرْطوس، وكشوطوش، وبيرونس، ودينموس، ويطونس قالوس lihat Ath Thabari, op.cit, hlm.607

[20] Martirologi Romawi atau Martyrologium Romanum adalah salah satu buku kebaktian gereja Katolik Roma. Buku ini berisi daftar para martir, yang disusun berdasarkan tanggal mereka diperingati, dengan pemberitahuan singkat tentang kehidupan dan kematian mereka. Dalam kebaktian gereja sehari-hari, ada suatu titik di mana para martir atau para martir pada hari itu dapat diingat, dan Martirologi Romawi menyediakan teks yang diperlukan. https://www.roger-pearse.com/weblog/2021/01/22/the-roman-martyrology-editions-and-origins/comment-page-1/, waktu akses 8/1/2024, 847 AM.

[21] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[22] Ath Thabry, Jilid XVII, hlm.607.

[23] Ahmad Musthofa Al Maraghy,1946, Tafsir Al Maraghy, Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthofa Al Baaby al Halaby, Mesir,  Juz IV, hlm.127.

[24] Adrian Fortescue, https://www.catholic.com/encyclopedia/seven-sleepers-of-ephesus waktu akses 27/12/2023, 1;52 PM.

[25] Quraish Syihab, 2005, Tafsir Al Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran, Penerbit Lentera Hati, Jakarta,hlm.17.

[26] Abdul Aziz bin Subhy al Juwayr, tt, Kisah Ashabul Kahfi, Dirasah Maudhu’iyah al Tahliliyah, Volume V dari edisi ke XXVI,  Jurnal Sekolah Tinggi Studi Islam dan Arab untuk Perempuan, Alexandria, hlm.279.

[27] Quraish Syihab, loc.cit, hlm.17.

[28] Quraish Syihab, ibid, hlm.18.

Comments


EmoticonEmoticon