PENGERTIAN PARADIGMA DAKWAH - Saungpikir

Friday, February 2, 2024

PENGERTIAN PARADIGMA DAKWAH

Oleh: Wahyu B. Prasojo & Zahidah Rosyidah

Pendahuluan

Keberhasilan suatu dakwah sejatinya tidak diukur dari canda tawa, kegembiraan para pendengarnya atau dari ratapannya. Melainkan  diukur dari pengaruh dakwah terhadap kehidupan seseorang atau kesan yang ditinggalkannya dalam pikirannya, yang pada gilirannya mempengaruhi jiwanya, yang kemudian tercermin dalam setiap aspek kehidupannya.[1] Itulah tujuan dakwah yang merupakan tolok ukur keberhasilannya. Yaitu kemampuan mengubah perilaku negatif menjadi positif.

Dari sisi masyarakat sebagai mitra dakwah, gerakan atau penggerakan dakwah harus mampu melihat permasalahan yang bekembang di masyarakat dan mampu memberikan solusi terbaik terhadap setiap permasalahan. Maka, diperlukan perencanaan yang baik dan matang agar pesan-pesan dakwah dapat mencapai sasarannya dan diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini, dakwah tidak boleh sekadar menjadi gerakan untuk meningkatkan kualitas agama, namun harus memiliki tujuan dalam perspektif yang lebih luas dan universal.[2]

Pada tahap ini, para aktivis dan praktisi dakwah “mau tidak mau” melakukan proses dialektika kultural-kontekstual terhadap praktik dakwah. [3] Akibat dari luasnya bidang garap dakwah, perbedaan pendekatan praktik agama, latar belakang madzhab teologi atau aqidahnya, pemikiran ushul fiqih ibadah dan lain sebagainya, gerakan dakwah tidak lagi dimaknai tunggal, tapi terejawantahkan dalam format pemikiran dan gerakan dakwah yang memiliki banyak warna dan alternatif. Variasi format pemikiran gerakan dakwah itulah yang disebut sebagai paradigma dakwah.


Pengertian-pengertian

1. Pengertian Paradigma

Dalam setiap disiplin ilmu terdapat model dan perspektif yang berbeda-beda dalam menjelaskan suatu fenomena, yang menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan ilmuwan terhadap topic yang diteliti. [4] Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model[5], atau pun arketif/arketipe[6].

Secara terminologis, paradigma dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau kerangka berpikir yang menjadi dasar penafsiran dan pemahaman peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala. Meliputi hukum, teori, aplikasi, dan instrument yang menyediakan model-model khusus bagi tradisi penelitian ilmiah.[7]

Paradigma identik sebagai sebuah bentuk atau model untuk menjelaskan suatu proses ide. Paradigma adalah seperangkat asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum serta teknik-teknik aplikasi yang dianut secara bersama oleh para anggota suatu komunitas ilmiah.[8]

Jadi istilah paradigma dapat diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.

2. Pengertian Dakwah

Dakwah adalah mashdar dari دعا., yang mana bersama kalimat dakwah ( دعوة ) ada bentuk lain seperti  (دعوًا ودُعاءً ودعوى)  yang berarti  Ø¥Ø­Ø¶Ø§Ø±Ù‡   طلب[9]  meminta kehadirannya atau undangan (dengan kartu).

Taufiq Al wa’iy menyebutkan beberapa makna; nida (panggilan), juga bermakna mendorong kepada sesuatu atau mendukungnya; mengajak kepada sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, baik benar ataupun salah; juga mengandung makna upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti suatu madzhab atau agama; dapat pula bermakna memohon atau meminta.[10]

Sedangkan secara istilah kalimat dakwah itu tidak jauh maknanya dari makna bahasa di atas, yaitu upaya mengajak manusia lewat ucapan dan perbuatan kepada Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya dan melaksanakan syari’atnya.[11]Dengan kata lain, dakwah adalah usaha untuk mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkahlaku seperti apa yang didakwahkan, yaitu Islam.[12]

Dalam istilah Toha Yahya Oemar dakwah Islam adalah upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.[13] Di dalamnya mengandung makna pengetahuan tentang cara-cara dan tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui dan melaksanakan Islam itu.

Dakwah adalah suatu kegiatan untuk  membina manusia agar menaati ajaran islam, guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Berdakwah merupakan perjuangan hidup untuk menegakkan dan menjunjung undang-undang ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga ajaran islam menjadi sibghah (celupan) yang mendasari, menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya.[14]

Dari penjelasan makna dakwah di atas dapat dipahami bahwa berdakwah merupakan perjuangan untuk menegakkan dan menjunjung undang-undang ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga ajaran Islam menjadi sibghah (celupan) yang mendasari, menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya.

3. Pengertian Paradigma Dakwah

Jika pengertian-pengertian di atas digabungkan , maka paradigma dakwah kurang lebih bermakna suatu sudut pandang atau kerangka berpikir yang menjadi dasar penafsiran dan pemahaman peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala, meliputi hukum, teori, aplikasi, dan instrument yang menyediakan model-model khusus bagi dakwah. Di mana dakwah dimaknai sebagai perjuangan untuk menegakkan dan menjunjung undang-undang ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga ajaran Islam menjadi dasar yang menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya.

Paradigma Dakwah merupakan suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) dari kegiatan dakwah. Ia menyediakan dasar berfikir dakwah secara teoritis dan hukumnya, metode aplikasi penggerakannya, intrumen dan tujuan-tujuannya.



[1]Mardzelah Makhsin, 2006, Sains Pemikiran dan Etika, Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing. Sdn. Bhd, hlm. 129-133.

[2]M. Quraish Shihab, 1998.Membumikan Al-Qur'an,Bandung: Mizan,hlm.194.

[3]A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, 2011, Filsafat Dakwah, Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, Kencana Prenada Group, hlm.211.

[4]Suwardi endraswra, 2006, Metode, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Wdyatama, cet. Ke-1. h. 9.

[5] John M. Echols & Hassan Shadily, 2010, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, hlm.417.

[6] model atau pola yang mula-mula, berdasarkan pola asal ini dibentuk atau dikembangkan hal yang baru; prototipe (http://kbbi. web.id/ arketipe). Akses 29/1/2024, 8:10am.

[7]Thomas S. Kuhn, 1970, The Structure of Scientific Revolution, Chicago: The University Of Chicago Press, hlm. 10.

[8] Nurkhalis, Konstruksi Teori Paradigma Thomas S. Kuhn, Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA, Volume XI, No. 2, Februari 2012, hlm.83.

[9] Ibrahim Musthafa etc, 1972, Al Mu’jam Al Wasith, Istambul, Al Maktabah Al Islamiyah, hlm.286.

[10]Taufiq Al Wa’iy, 2010, Dakwah ke Jalan Allah, alih bahasa Muhith M Ishaq, Jakarta, Robbani Press, hlm.10-11.

[11]Jum’ah Amin Abdul Aziz, 1998, Fiqih Dakwah, Solo: Intermedia, hlm.29.

[12]Achmad Mubarok, 2014, Psikologi Dakwah, Malang, Madani Press, hal.27.

[13] Toha Yahya Omar, 2004, Islam dan Dakwah, Jakarta, Al Mawardi Prima, hal.67.

[14]Rachmat Imampuro,  Ilmu Dakwah. Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 1982, hal 3.

Comments


EmoticonEmoticon