Saungpikir

Saturday, August 10, 2024

Sistem Pembelajaran Halaqah

 

 www.sahabatmadani.com

oleh Wahyu Bhekti Prasojo

Teks dan Terjemah Hadits

 

 عَنْ قُرَّةَ «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ إِذَا جَلَسَ جَلَسَ إِلَيْهِ أَصْحَابُهُ حِلَقًا حِلَقًا» .[1]

Dari Qurrota Bahwasannya Rasulullah saw jika beliau duduk, para sahabatnya  akan duduk bersamanya, lingkaran demi lingkaran.

وَعَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ قَالَ: كَانَ أَنَسٌ مِمَّا يَقُولُ لَنَا إِذَا حَدَّثْنَا هَذَا الْحَدِيثَ: إِنَّهُ وَاللَّهِ مَا هُوَ بِالَّذِي تَصْنَعُ أَنْتَ وَأَصْحَابُكَ. يَعْنِي: وَيَقْعُدُ أَحَدُكُمْ فَيَجْتَمِعُونَ حَوْلَهُ فَيَخْطُبُ، إِنَّمَا كَانُوا إِذَا صَلَّوُا الْغَدَاةَ قَعَدُوا حِلَقًا حِلَقًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَيَتَعَلَّمُونَ الْفَرَائِضَ وَالسُّنَنَ.[2]

Dari Yazid al Raqasyi, dia berkata: Anas biasa berkata kepada kami ketika kami meriwayatkan hadits ini: Demi Tuhan, itu bukanlah apa yang kamu dan teman-temanmu lakukan. Yakni: Jika salah satu dari kalian duduk maka yang lain hendaknya berkumpul di sekelilingnya, maka ia akan menyampaikan khutbah. Sesungguhnya mereka (para sahabat) setelah shalat subuh, akan duduk membentuk lingkaran-lingkaran (halaqah), membaca Al-Qur'an, mempelajari kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah.

Takhrij Hadits

Hadits yang pertama diriwayatkan oleh Imam al Bazzar. Di dalam rantai sanadnya ada Sa’id bin Salam, Imam Ahmad mendustakannya. Sedangkan pada hadits kedua disebutkan bahwa Yazid al Raqasyi adalah dhaif (lemah).[3]

Jalur riwayat yang lain hadits kedua disebutkan Imam Al Maushily dalam Al Maqashid al Aliyah.[4] Demikian juga dalam Ittihaf al Khayriyah, yang dalam rantai sanadnya ada Yazid bin Abban al Raqasyi, dan dia itu dhaif atau lemah. [5]

Namun demikian terdapat sebuah riwayat dari Imam al Hakim yang matan-nya menyebutkan perilaku para sahabat Nabi saw dalam belajar Al Quran dalam halaqah-halaqah. Di dalam rantai sanadnya juga ada Qurrata bin Khalid, sebagai berikut;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الصَّفَّارُ الزَّاهِدُ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مَهْدِيِّ بْنِ رُسْتُمَ الْأَصْبَهَانِيُّ، ثنا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ، ثنا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ - يَعْنِي مَسْجِدَ الْبَصْرَةِ - وَكُنَّا نَجْلِسُ حِلَقًا حِلَقًا، وَكَأَنَّمَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ بَيْنَ ثَوْبَيْنِ أَبْيَضَيْنِ، وَعَنْهُ أَخَذْتُ هَذِهِ السُّورَةَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكِ الَّذِي خَلَقَ} [العلق: 1] قَالَ: وَكَانَتْ أَوَّلَ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ[6]

 

Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Al Saffar Al Zahid memberitahu kami, Ahmad bin Mahdi bin Rustum Al Asbahani memberitahu kami, Abu Amer Al Aqdi memberitahu kami, Qurrah bin Khalid, dari Abu Raja al Utharidy, dari Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu 'anhu yang berkata: “Kami belajar Al-Qur'an di masjid ini.” - maksudnya Masjid Basra - dan kami duduk dalam lingkaran-lingkaran, dan seolah-olah Aku melihatnya di antara dua baju putih, dan darinya aku membacakan Surah ini: {Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan} [Al-Alaq: 1] Dia berkata: Itu adalah surah pertama yang diturunkan kepada Muhammad saw”.

Imam Hakim menjelaskan hadits ini shahih menurut syarat Syaikhayn (Bukhary dan Muslim), namun mereka berdua tidak mengeluarkannya. Baginya ada saksi dengan sanadnya yang shahih menurut syarat Imam Muslim. Sementara menurut ta’liq min talkhish (komentar dari rangkuman) Imam Dzahaby, hadits ini shahih berdasar syarat Bukhary dan Muslim.[7]

Sebuah jalur sanad yang lain juga disebutkan dalam Hilyatul Auliya diriwayatkan oleh Imam Waqi’ dan Khalid bin al Harits dari Qurrata dan semisalnya.[8] Demikian pula Imam Thabrany meriwayatkan hadits ini, sementara para rijal haditsnya shahih.[9]

Kosakata Penting

جَلَسَ

duduk

حِلَقًا, حلقَة

melingkar, lingkaran

يَتَعَلَّمُونَ

saling mengajarkan

صَلَّوُا الْغَدَاةَ

setelah mereka melaksanakan sholat shubuh

الْفَرَائِضَ

kewajiban-kewajiban

السُّنَنَ

sunnah-sunnah

 

Penjelasan

Para sahabat Rasulullah selalu ingin duduk melingkar di sekitar beliau untuk  mendapatkan manfaat dari ilmu yang beliau berikan dan aturan hukum syariah.[10]

Jika Rasulullah tidak sedang bersama mereka, mereka duduk dalam lingkaran dan bersama-sama membaca Al Quran, saling mengajarkan kewajiban dan sunnah-sunnah di antara mereka, juga senantiasa berdzikir kepada Allah.[11]

Mereka adalah orang-orang yang berkumpul dengan teratur (terorganisir) guna mengambil manfaat dari ilmu yang beliau saw berikan dan hukum-hukum syariat yang beliau sosialisasikan. Serta untuk mengajarkan kepada umat apa yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan akhirat.[12]

Dapat dirangkum bahwa amaliyah dalam halaqah antara lain membaca Al Quran, saling mengajarkan kewajiban dan sunnah-sunnah, mengkaji ilmu pengetahuan, mensosialisasikan hukum syari’ah, dzikir kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk mengajarkan kepada ummat pada umumnya.

Peringatan

Dari Ibnu Mas’oud, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Akan tiba saatnya ketika orang-orang akan duduk di Masjid, lingkaran demi lingkaran namun sesungguhnya cita-cita terpenting mereka adalah dunia. Maka jangan duduk bersama mereka. Sebab Allah tidak membutuhkan mereka.” (Hadits gharib dari hadis Al Amasy).[13]

Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu memperingatkan; “Wahai para pembawa ilmu, amalkanlah ilmu kalian; Ulama itu adalah orang yang mengetahui, kemudian ia bekerja dan karyanya sesuai dengan ilmunya. Ada pula orang-orang yang membawa ilmu, namun ilmunya tidak melampaui tenggorokannya, apa yang dirahasiakannya berbeda dari apa yang ditampakkannya, dan perbuatan mereka kontras dengan ilmunya. Mereka duduk berkelompok melingkar dan saling pamer, sampai-sampai seorang laki-laki menjadi marah kepada temannya jika dia duduk bersebelahan dengan orang lain dan meninggalkannya terlebih dahulu. Sesungguhnya amalan mereka tidak naik ke sisi Allah Azza wa Jalla.[14]



[1] Majma al Zawaid wa Manba al Fawaid Juz I, hlm.132.

[2] ibid, Juz I, hlm.132.

[3] ibid, Juz I, hlm.132

[4] Al Maqashid al ‘Aliy fii Zawaid Aby Ya’la al Maushily, Juz I, hlm.67.

[5] Ittihaf al Khairiyah, Juz I, hlm.204.

[6] Al Mustadrak ala Shahihayn lil Hakim, Juz II, hlm.240.

[7] ibid, Juz II, hlm.240

[8] Hilyat al Auliya, Juz  I, hlm.256.

[9] Majma al Zawaid wa Manba al Fawaid, Juz VII, hlm.139

[10] Taysir bi Syarhi al Jami’al Shagir, Juz II, hlm.244.

[11] Jami’ Ulum wa al Hikam, Juz II, hlm.301.

[12] Faydh al Qadir, Juz V, hlm.119.

[13] Hilyat al Auliya, Op.cit, Juz IV, hlm.109.

[14] Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadlihi, Juz I, hlm.696.

Tuesday, August 6, 2024

Pahala dan Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Kebaikan

oleh Wahyu Bhekti Prasojo 

Teks Hadits dan Terjemahnya

وَحَدَّثَنِي عَنْ مَالِكٍ، عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ؛ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمنِ كَانَ يَقُولُ: مَنْ غَدَا أَوْ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ، لاَ يُرِيدُ غَيْرَهُ، لِيَتَعَلَّمَ خَيْراً أَوْ ليُعَلِّمَهُ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى بَيْتِهِ، كَانَ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ، رَجَعَ  غَانِماً.[1]

Telah diceritakan kepadaku dari Malik, dari Sumayyi, maula Abu Bakar; bahwasannya Abu Bakar bin Abdul Rahman pernah berkata: Barangsiapa berangkat pagi atau pergi ke mesjid, dan ia tidak menginginkan sesuatu selain untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia kembali ke rumahnya seperti seorang mujahid di jalan Allah, kembali dengan membawa rampasan.

Takhrij Hadits

Hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Mush’ab al Zuhry, Al Hadatsany dan Al Syaibany, semuanya dari Imam Malik.[2] Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits ini dalam al Musnad dari jalur sanad yang berbeda.[3]

Ahmad binn Husayn Abu Bakar al Baihaqy juga meriwayatkan hadits ini dalam Al Madkhal ila al Sunan al Kubra.[4] Nur al din Ali bin Abi Bakar bin Sulayman al Haytsami juga meriwayatkan hadits ini.[5] Abu al Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar al Asqolany juga meriwayatkan hadits ini.[6]

Hadits ini juga terdapat dalam Kanzu al ‘Ummal dari jalur Sahl bin Sa’id dan Abu Hurayrah.[7] Demikian pula Ibnu Majah. Disebutkan dalam Fath al Ghofar, para perawi dalam sanad dari Ibnu Majah semuanya tsiqat (terpercaya) kecuali Hatim bin Ismail, dia adalah orang yang shaduq (sangat jujur).[8] Ath Thabrani juga meriwayatkan hadits ini dengan rantai sanad yang hasan, demikian yang dikatakan Suyuthy.[9]

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ibnu Al-Sakan dan Al-Bayhaqi. Al-Hafiz berkata dalam Al-Talkhis: Tidak ada yang salah dengan rantai periwayatannya. Tetapi disebutkan dalam dalam Bulugh Al-Maram: rantai sanadnya lemah. Sementara pada riwayat Ibnu Abbas, menurut Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah, ada Ismail bin Muslim Al-Makki, yang lemah ingatannya.[10]

Mufrodat Hadits

غَدًا

pergi pagi-pagi sekali, di awal siang

راحَ

pergi ke

يَتَعَلَّمَ

mempelajari

يُعَلِّمَهُ

mengajarkan

رَجَعَ

kembali

غَانِماً

membawa ghanimah (rampasan perang)

Penjelasan Hadits dan Faidahnya

Ibnu Abdul Barr berkata: Sudah diketahui bahwa hal ini tidak diperlukan pemikiran logika yang rumit dan ijtihad untuk dapat memahaminya karena ini adalah bagian dari keghaiban dari hukum Allah dan perintah-Nya mengenai pahala.[11]

Ketika seseorang kembali ke rumahnya dari masjid, apakah dia belajar kebaikan atau mengajarkannya, dan ia menyebutkan niat dan maksudnya untuk itu, maka ia mendapatkan pahala. Allah memuliakannya seumpama seorang mujahid di jalan Allah yang kembali dengan membawa harta rampasan. Tidak menutup kemungkinan ia juga memperoleh pahala serupa dengan yang diperoleh mujahidin. Boleh jadi yang dimaksud adalah pahala yang dibawanya kembali seperti pahala mujahidin sekaligus dengan ghanimah (rampasan) perangnya yang dia tidak mengetahuinya.[12]

Hadits ini juga mengungkapkan kehormatan belajar dan mengajarkan ilmu, karena itu adalah suatu kebaikan yang nilainya tidak dapat diperkirakan. Ia adalah kebaikan yang berlaku sepanjang zaman. Dapat pula memasukkan setiap pembelajaran dan pengajaran untuk segala jenis kebaikan ke dalam masalah ini. Juga  termasuk segala sesuatu yang terkait dengannya. Hadits ini juga menjelaskan hubungan antara ulama dan pelajar.[13]

Terdapat juga jalur sanad dari Abu Umamah, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجُّهُ

“Barangsiapa pergi ke masjid di pagi hari, hanya ingin belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ibarat pahala seorang peziarah yang telah menuntaskan hajinya.”

Hadits ini dikeluarkan Al-Tabarani dengan rantai sanad yang hasan, demikian juga pandangan Al-Suyuti. Maka dapat difahami bahwa pahala mengajarkan ilmu dan kebaikan seperti pahala berhaji dan berjihad. [14]



[1] Al Muwatha’, Juz II, hlm.223.

[2] Ibid, hlm.223.

[3] Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal, Juz XIV, hlm.257.

[4] Al Madkhal ila al Sunan al Kubra, Hlm.263.

[5] Mawarid al Dzamaan ila Zawaid Ibnu Hibban, hlm.49.

[6] Ithraf al Musnad al Mu’taly bi Ithraf al Musnad al Hanbaly, Juz VII, hlm.251.

[7] Kanz al ‘Ummal fii Sunan al Aqwal wa al Af’al, Juz X, hlm.165.

[8] Fath al Ghafar al Jami’ al Ahkam Sunnan Nabiina al Mukhtar, Juz I, hlm.301.

[9] Syarh al Zarqany ‘ala al Muawtha’, Juz I, hlm.555.

[10] Nailul Awthar, Juz II, hlm.183

[11] Syarh al Zarqany ‘ala al Muawtha’, Juz I, hlm.555.

[12] Al Muntaqa Syarh al Muwatha’, Juz I, hlm.284.

[13] Nailul Awthar, Juz II, hlm. 183.

[14] Syarh al Zarqany ‘ala al Muwatha’, Juz I, hlm.555.