Pandangan Barat tentang Agama - Saungpikir

Saturday, September 11, 2021

Pandangan Barat tentang Agama


wahyu b prasojo

Sebagian besar manusia penduduk bumi ini memeluk suatu agama. Tetapi, mengapa  mengapa manusia beragama?”. Tulisan kecil ini mencoba melihat beberapa pandangan ilmuwan barat tentang agama; apakah manusia memang memerlukan agama.

Beberapa sarjana Barat seperti, Karl Marx, Sigmund Freud dan beberapa pemikir lain yang menganggap bahwa eksistensi agama ini tidak diperlukan lagi oleh manusia. Bahkan Friedrich Nietczhe menjelang abad ke 19 mengatakan:” Tuhan telah mati”[1]

Karl Marx mengatakan:” Agama adalah candu masyarakat.[2] Menurutnya, fungsi yang dimainkan agama dalam kehidupan masyarakat, sama seperti candu pada diri seseorang. Dengan agama, penderitaan dan kepedihan yang dialami oleh masyarakat yang terekploitasi, dapat diringankan melalui fantasi tentang dunia supernatural tempat dimana tidak ada lagi penderitaan dan penindasan.

Sementara itu Sigmund Freud merasa bahwa dia tidak menemukan suatu alasan untuk percaya adanya Tuhan. Mirip dengan Marx, agama baginya adalah upaya psikologis manusia untuk melepaskan diri dari tekanan-tekanan kehidupan. Sehingga ia menganggap ritual keagamaan tidak punya arti dan manfaat apapun dalam kehidupan ini.[3] Karena manusia dapat menemukan ketenangannya jika tekanan psikologisnya diberi solusi. Ia yakin bahwa ide-ide agama tidak datang dari Tuhan Yang Esa ataupun Tuhan-tuhan yang lain, sebab tuhan-tuhan itu memang tidak ada.

Meski kebanyakan pemikir barat memandang bahwa ideologi agama merupakan kebutuhan mental psikologis, tidak semua pemikir Barat dan para pujangganya bernada negatif terhadap agama. Di antara para pemikir tersebut adalah James Jeans, yang memulai hidupnya sebagai seorang skeptis yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Setelah mengadakan penyelidikan ilmiah yang mendalam, akhirnya ia sampai kepada pemahaman bahwa problem-problem ilmiah yang besar tidak dapat dipecahkan kecuali dengan mengakui adanya Tuhan.[4]

Sementara itu, Herbert Spencer dalam bukunya First Principles mengutarakan bahwa pada dasarnya agama berisi “keyakinan akan adanya sesuatu yang mahakekal yang berada di luar akal intelektual”.[5] Senada dengan Spencer, Max Muller dalam Introduction to Science of Religions melihat semua agama sebagai “usaha untuk memahami apa yang tak dapat dipahami dan untuk mengungkapkan apa yang tak dapat diungkapkan, sebuah keinginan kepada sesuatu yang tidak terbatas”. Menurutnya, agama-agama aktual dan empris baik yang masih hidup ataupun sudah mati,  merupakan objek-objek  studi yang  dapat memberikan  pengetahuan tentang hakikat agama, manusia, dan pemikiran manusia. Karena itu, ilmu agama dapat  membanggakan  diri  sebagai  sebuah  unsur  dalam  humanisme  idealistik. Dengan  mempelajari  agama berarti  pula  mempelajari  manusia dalam  berbagai puncak  pemikiran  dan  pengalamannya.[6]

Itulah beberapa pandangan sekilas beberapa pemikir barat tentang agama. Perlu pembacaan yang lebih mendalam dan teliti untuk dapat lebih memahami maksud dan kandungan maknanya. Sehingga didapatkan pula pemahaman dan sikap yang lebih dekat dengan kebenaran. Salam.

Daftar Pustaka

Adnan, Ahmad Amri Zainal, PSQ, Rahsia Personaliti Unggul, PTS.Millena Sdn.Bhd, Kuala Lumpur, 2009.

Ahmad, Maghfur, Agama Dan Psikoanalisa Sigmund Freud, Jurnal RELIGIA Vol. 14 No. 2, Oktober 2011.

Mantu, Rahman & Siti Asia, Perkembangan Religious Studies Di Barat  Pandangan Orientalis Dan Pemaknaan Atas Agama, Jurnal Potret Pemikiran Vol. 23, No. 1 (2019).

Marx, Karl, Marx’s Critique of Hegel's Philosophy of Right (1843). Publisher: Oxford University Press, 1970.

Spencer,  Herbert, First Principles, London: Williams And Norgate, 14, Henrietta Street,Covent Garden.1863.

Wikipedia.https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_sudah_mati



[1] Ungkapan ini pertama kali muncul dalam Die fröhliche Wissenschaft, seksi 108 (New Struggles), dalam seksi 125 (The Madman), dan untuk ketiga kalinya dalam seksi 343 (The Meaning of our Cheerfulness). Juga muncul dalam buku klasik Nietzsche Also sprach Zarathustra,(Wikipedia), akses 12 September 2021, 09;45 .

[2] Karl Marx, Marx’s Critique of Hegel's Philosophy of Right (1843). Publisher: Oxford University Press, 1970, p.3.

[3] Maghfur Ahmad, Agama Dan Psikoanalisa Sigmund Freud, Jurnal RELIGIA Vol. 14 No. 2, Oktober 2011. Hlm. 277-296.

[4] Ahmad Amri Zainal Adnan, PSQ, Rahsia Personaliti Unggul, PTS.Millena Sdn.Bhd, Kuala Lumpur, 2009, hlm.23

[5] Herbert Spencer, First Principles, London: Williams And Norgate, 14, Henrietta Street,Covent Garden.1863, P.19.

[6] Rahman Mantu & Siti Asia, Perkembangan Religious Studies Di Barat  Pandangan Orientalis Dan Pemaknaan Atas Agama, Jurnal Potret Pemikiran Vol. 23, No. 1 (2019) Website: http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/PP

 

4 comments:

  1. Masyaallah terimakasih atas tambahan ilmunya pak doctor

    ReplyDelete
  2. Sama-sama, Prof. Saya cuma ngutip kok. Amiin semoga jadi doktor beneran. Terima kasih.

    ReplyDelete
  3. Menganggap Tuhan telah mati berati menyamakan kondisi alamiah dirinya sebagai manusia dengan Penciptanya. Nyatanya manusiapun tidak mampu menciptakan alam semesta.

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon